Anak Muda dan Bahasa Minang; Masih Pentingkah?

4 menit membaca
Ernita Desyanti

Bahasa daerah adalah salah satu pilar budaya bangsa. Namun, perkembangan globalisasi, urbanisasi, dan dominasi bahasa nasional/asing menyebabkan penggunaan bahasa Minangkabau di generasi muda semakin menurun. Dalam situasi ini, pemerintah melalui Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBIN) mendorong tiap daerah menjaga kelestarian bahasa ibu lewat berbagai inovasi.

Pemerintah Kota Padang baru-baru ini mendorong generasi muda melestarikan Bahasa Minangkabau dan menerbitkan surat edaran/program sehari berbahasa Minang (Selasa). Inisiatif lokal ini memanfaatkan momentum festival dan peraturan pendidikan yang memungkinkan untuk pelestarian budaya. Sebagai respons, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang menerapkan kebijakan hari Selasa sebagai hari berbahasa Minang. Kebijakan ini dipandang sebagai bentuk konkret pelestarian dan revitalisasi bahasa Minang, sekaligus pendidikan karakter berbasis budaya lokal.

Program penggunaan Bahasa Minangkabau setiap hari Selasa di sekolah bukan hanya kebijakan pendidikan, tetapi juga memiliki fungsi sosial-kultural yang penting bagi generasi muda dalam masyarakat. Fungsi-fungsi ini antara lain:

1. Penguatan Identitas Kultural Generasi Muda

Bahasa adalah unsur utama identitas. Dengan membiasakan siswa menggunakan bahasa Minang minimal satu hari seminggu, generasi muda mempertahankan kedekatan emosional dengan akar budaya mereka. Ini penting dalam konteks modern yang cenderung mengikis identitas lokal karena dominasi bahasa nasional maupun global.

2. Menjembatani Hubungan Antar-Generasi

Bahasa Minang merupakan alat komunikasi utama generasi tua — ninik mamak, bako, amak, tetua adat, dan masyarakat tradisional. Ketika generasi muda fasih berbahasa Minang, mereka lebih mudah berkomunikasi dengan generasi sebelumnya sehingga hubungan sosial, nilai adat, serta transfer kearifan lokal tetap terjaga.

3. Penguatan Karakter Sosial Minangkabau

Bahasa Minang mengandung nilai-nilai adat seperti:

  • budi bahasa,
  • sopan santun (baso basi),
  • prinsip musyawarah,
  • rasa hormat kepada yang lebih tua,
  • serta nilai kolektivitas.

Ketika siswa aktif menggunakan bahasa daerah, nilai-nilai ini ikut terbawa dalam interaksi sehari-hari sehingga membentuk karakter sosial yang kuat di tengah masyarakat.

4. Pelestarian Warisan Takbenda (Intangible Heritage)

Bahasa Minang merupakan bagian dari warisan budaya takbenda (adat, pepatah petitih, pantun, kaba, randai). Generasi muda yang mahir berbahasa Minang lebih mampu memahami bentuk-bentuk kearifan lokal tersebut dan berkontribusi menjaga keberlanjutannya.

5. Penguatan Rasa Kebersamaan dan Kebanggaan Kolektif

Penggunaan bahasa daerah dapat menciptakan rasa kebersamaan di antara pelajar dan masyarakat. Generasi muda yang bangga berbahasa Minang akan menjadi agen yang secara tidak langsung mempromosikan kebudayaan daerahnya, baik di lingkungan sekolah maupun komunitas.

6. Mengurangi Kesenjangan Sosial Budaya

Generasi muda yang tidak bisa berbahasa Minang sering merasa asing di tengah masyarakat lokal. Program ini membantu mengurangi jurang tersebut, menciptakan inklusivitas linguistik, dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam kegiatan masyarakat — seperti baralek, gotong royong, upacara adat, dan kegiatan nagari.

7. Memperluas Keterampilan Komunikasi dan Literasi Lokal

Berbahasa Minang di ranah formal seperti sekolah membantu generasi muda:

  • membangun kemampuan bilingual,
  • melatih kemampuan retorika khas Minang (misalnya kato nan ampek),
  • dan meningkatkan kecakapan literasi dalam konteks lokal.

Ini penting untuk kompetensi sosial mereka ketika terlibat dalam dunia organisasi, komunitas, dan kegiatan nagari.

8. Membentuk Generasi “Pemelihara Tradisi” (Culture Bearer)

Dengan kebiasaan berbahasa Minang, generasi muda tidak hanya menjadi pengguna bahasa, tetapi juga penjaga keberlangsungan budaya,yang dapat menghadirkan inovasi baru seperti konten kreatif Minang.

Secara garis besar, progran ini tentunya memuat bebrapa asperk yang perlu diperhatikan, salahsatunya Legalitas dan kesesuaian kurikulum, integrasi melalui muatan lokal, ekstrakurikuler arau praktik harian harus sinkron dengan Peratukan BPK, Pemendikbud atauran muatan lokal.

Namun untuk mencapai tujuan program ini, seperti melestarikan dan merevitalisasi Bahasa Minangkabau sebagau identitas lokal. Meningkatkan kemampuan lisan dan tertulis sisa dalam bahasa Minang serta Menumbuhkan rasa kebanggaan budaya dan keterikatan generasi muda pada tradisidi lingkungan alam Minangkabau. Maka dibutuhkan keterlibatan orang tua dan komunitas dalam pendidikan. Dan mengadakan produksi sastra kreasi Minangkabau di kalangan pelajar, seperti mengadakan lomba puisi, mengadakan teater berbahasa Minangkabau disekolah atau mendorong siswa untuk lebih banyak bercerita dalam bahasa Minang melalui tugas cerpen/cerita di sekolah.

Hal ini merupakan salah satu upaya meningkatkan kemampuan komunikasi lisan dan tertulis siswa dalam bahasa Minang. Dan menyiapkan generasi yang mampu memproduksi karya budaya (cerita, puisi, musik) berbahasa daerah.

Program “Selasa Berbahasa Minang” merupakan langkah strategis yang memiliki nilai edukatif, kultural, sosial, dan identitas bagi generasi muda Kota Padang. Jika dikelola dengan baik, program ini bukan hanya menghidupkan kembali bahasa daerah, tetapi juga membentuk karakter, memperkuat jati diri, dan memupuk kepedulian generasi muda terhadap warisan Minangkabau. Dengan dukungan sekolah, guru, orang tua, dan pemerintah, kebijakan ini berpotensi menjadi model nasional dalam pemertahanan bahasa ibu.

 

Referensi :

Pengumuman/diseminasi Pemko/Disdikbud Padang & FTBIN 2025.

 

Metropadang.com Dinas Pendidikan Padang canangkan Hari Selasa Berbahasa Minangkabau di Sekolah

 

Upaya Pelestarian Budaya Berbahasa Minangkabau Sentuh Generasi Muda https://www.menara -info.com/berita/36490/upaya-pelestarian-budaya-berbahasa-minangkabau-sentuh-generasi-muda

—✍

Bagikan Disalin

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *